Berbicara
mengenai bisnis internasional, seringkali benak kita tidak lepas dengan istilah
atau kata yang sangat booming saat ini, yakni Globalisasi. Kedua istilah
tersebut tidak bisa dipungkiri memang memiliki keterkaitan yang erat antara
satu sama lain. Secara sederhana globalisasi didefinisikan oleh John D. Daniel
sebagai proses memperdalam dan memperluas hubungan dan saling ketergantungan
diantara negara-negara yang berlangsung secara terus menerus, sedangkan bisnis
internasional ialah merupakan mekanisme untuk mewujudkan globalisasi tersebut.
Jika disuruh menentukan mana diantara kedua
istilah tersebut yang lebih penting, mungkin penulis akan kebingungan karena
globalisasi sendiri muncul dengan membawa background ekonomi atau dalam hal ini
bisnis internasional.
Ada
lima alasan menurut Daniel mengapa mempelajari bisnis internasional menjadi
penting dan perlu. Pertama, karena sebagian besar perusahaan beroperasi secara
internasional atau berkompetisi dengan perusahaan internasional lainnya. Kedua,
jika suatu perusahaan beroperasi secara internasional maka ia terikat dengan
beberapa model operasi bisnis yang tentunya akan berbeda dengan operasi atau
mekanisme bisnis di wilayah domestik. Ketiga, setiap negara mungkin memiliki
cara atau pola berbeda untuk menerapkan mekanisme terbaik bagi negara mereka.
Keempat, dengan mempelajari bisnis internasional dan segala aspek yang
menyertainya, kita terbantu untuk menentukan karir mana yang terbaik. Dan
terakhir, dengan memahami bisnis internasional, kita tahu mana dari kebijakan
pemerintah yang perlu didukung dan ditolak (Daniels, Radebaugh, & Sullivan,
2007, hal. 7).
Pernyataan
yang sama yang dikatakan oleh Walter LaFeber yakni “ The most globalized
business in the world, and the most lucrative, is the drug trade, but for
legitimate businesses, sports is probably number 1.”
Hampir
seluruh dari umat manusia menurut penulis menyukai sepakbola dan selalu
menantikan even piala dunia yang dilaksanakan dalam rentang empat tahun
tersebut. Tentunya kita harus bersyukur karena berkat globalisasi dan penemuan
satelit maka kita bisa menonton pertandingan secara langsung walaupun jarak
kita bermil-mil jauhnya dari tempat pertandingan tersebut diselenggarakan.
Piala Dunia, ternyata tidak hanya menyangkut permainan bola dan siapa yang
menang serta siapa yang kalah. Karena berkat globalisasi pula, banyak
perusahaan yang memandang bahwa bisnis olahraga adalah ladang yang sangat subur
untuk ditanami dan kemudian dipanen. Tentu bukan hal yang aneh bagi para
penonton pertandingan sepak bola jika melihat papan display di pinggir lapangan
ditayangkan beberapa logo merek dagang atau spanduk berisi nama perusahaan,
bahkan di kaos pemain bola terpampang logo suatu perusahaan. Hal tersebut tentu
saja merupakan bagian dari bisnis internasional yang melibatkan uang yang tidak
sedikit. Dalam artikelnya Daniel mengatakan bahwa ‘semakin banyak suatu
pertandingan menarik perhatian penonton baik yang datang langsung ataupun lewat
televisi maka semakin banyak pula iklan dan sponsor yang bersedia untuk
membayar’ (Daniels, Radebaugh, & Sullivan, 2007, hal. 4). Secara sederhana
cara kerjanya adalah karena pertandingan piala dunia disiarkan di beberapa
ratus negara, maka banyak perusahaan yang ingin meluaskan pasar mereka dengan
cara menjadi sponsor dari piala dunia tersebut, dengan menjadi sponsor maka
nama perusahaan atau produk atau logo mereka akan semakin dikenali oleh
masyarakat dunia, yang mana hal ini diharapkan semakin meningkatkan penjualan
produk dan profit yang mereka dapatkan. Kemudian berkat globalisasi pula para
fans bola dapat berpindah tempat dengan mudah dan mengikuti kemana tim
favoritnya akan bertanding. Tentu hal ini juga mendatangkan keuntungan
tersendiri bagi para perusahaan penerbangan. Belum lagi keuntungan yang
diperoleh oleh para pegecer yang menjual kaos para pemain sepakbola. Tentu
hal-hal diatas telah menjadi bukti bahwa globalisasi telah mendorong
keberlangsungan bisnis internasional, dan begitu pula sebaliknya.
Layaknya
globalisasi yang telah merambah hampir seluruh sektor kehidupan manusia, bisnis
internasional-pun juga telah menyentuh sendi-sendi kehidupan manusia. Tidak
benar jika memahami bisnis internasional hanya berupa transaksi jual beli antar
negara dan hanya dilakukan oleh perusahaan-perusahaan besar seperti Exxon
mobile atau McDonald saja. karena jika merujuk pada definisi bisnis
interenasional yang dikemukakan oleh Daniel, maka bisnis internasional adalah
seluruh transaksi komersial –baik privat ataupun publik; penjualan, investasi,
dan transportasi– yang melibatkan dua negara atau lebih (Daniels, Radebaugh,
& Sullivan, 2007, hal. 7). Di era globalisasi ini bisnis internasional
sudah tidak asing lagi, bahkan semakin mengglobal dikarenakan beberapa alasan
yakni, pertama seperti yang telah dijelaskan di paragraf sebelumnya, bahwa
sejalan dengan teknologi yang semakin meluas maka bisnis internasional semakin
mudah dilakukan , kemudian pasca Perang Dunia II banyak negara merubah bentuk
perekonomiannya menjadi lebih bebas dan terbuka, alasan ketiga mengapa bisnis
makin mengglobal adalah karena semakin banyak muncul jenis jasa yang dapat
ditawarkan dalam bisnis internasional, keempat karena arus informasi tak
terbendung berkat adanya globalisasi maka konsumen menginginkan produk dan jasa
terbaik dengan harga termurah, kelima dalam globalisasi semua aktor boleh
terlibat dan ikut berkompetisi sehingga semua berlomba-lomba memperkaya diri
atau institusi. Alasan keenam adalah karena perubahan situasi politik dunia
dimana ada beberapa negara yang memiliki kekuatan ekonomi lebih daripada yang
lain sehingga ia dapat menyetir arah perekonomian dunia. Kemudian alasan
terakhir yakni karena negara mulai berpikir bahwa mereka dapat mencapai
kepentingan nasional mereka jika melakukan kerjasama dengan negara lainnya,
oleh karena itu banyak diadakan dan diatur beberapa pertemuan dan perjanjian
antar negara guna membahas persoalan yang mereka hadapi bersama (Daniels,
Radebaugh, & Sullivan, 2007, hal. 9-13).
Seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa bisnis internasional adalah semua transaksi komersial yang melibatkan lebih dari satu negara baik itu dilakukan oleh privat ataupun pemerintah. Tujuan utama mengapa seseorang atau sebuah institusi terlibat dalam bisnis internasional adalah untuk mengejar profit, hal ini menjadi motif utama dari pihak swasta (privat) sedangkan pemerintah ikut berkecimpung di dalam bisnis internasinoal selain mengunakan alasan diatas juga terkadang karena alasan-alasan politik. Selanjutnya, ruang lingkup dari bisnis internasional meliputi beberapa aspek yakni; Merchandise exports & imports, Service Exports & Imports, dan Investments. Adapun Merchandise exports menurut Daniel adalah produk nyata –barang- yang dikirim ke luar negeri, sedangkan merchandise imports adalah barang-barang yang dibawa masuk ke sebuah negara. Lalu Service Exports & Imports secara umum dikatakan sebagai keuntungan nonproduk bisnis internasional. Dikatakan service Exports jika suatu perusahaan atau seseorang mendapatkan pembayaran dari pihak asing, dan dikatakan service import jika seseorang atau perusahan melakukan pembayaran ke pihak asing. Masih menurut Daniel, ada setidaknya tiga bentuk dari Service Exports & Imports ini yaitu, kepariwisataan dan transportasi, pendayagunaan jasa, dan penggunaan aset. Contoh sederhana dari kepariwisataan dan transportasi adalah para jama’ah haji Indonesia yang membayar biaya pesawat terbang milik maskapai penerbangan Saudi Arabia guna mencapai tanah suci Makkah. Maka pembayaran tersebut dikatakan sebagai service import bagi Indonesia, dan service export bagi Saudi Arabia. Kemudian contoh dari pendayagunaan jasa seperti jasa perbankan, asuransi, manajemen, dan persewaan. Selanjutnya contoh dari penggunaan aset seperti penggunaan merek dagang, hak paten, hak cipta dan lisensi. Kemudian model ketiga dari bisnis internasional adalah investasi atau Investments. Investasi asing secara sederhana dapat dikatakan sebagai kepemilikan properti asing sebagai pertukaran dengan imbalan keuangan seperti kepemilikan saham dan bunga–bank–. Investasi dapat dikategorikan menjadi dua yakni investasi langsung (Foreign Direct Investment ) dan investasi portofolio. Disebut investasi langsung jika investor diberikan kebebasan untuk mengontrol perusahaan dimana investasinya ditanamkan, contohnya perusahaan Toyota yang membangun anak perusahaan di Indonesia dan mereka bebas mengontrol serta meletakkan para manajernya beserta manajemennya dalam perusahaan (di Indonesia) tersebut. Sebaliknya disebut sebagai investasi portofolio jika investor tidak bisa mengontrol investasinya ataupun mempengaruhi manajemen dalam perusahaan tersebut, contoh deposito bank dimana para nasabah tidak bisa seenaknya menentukan bunga yang mereka dapatkan ataupun memecat karyawan yang kurang profesional (Daniels, Radebaugh, & Sullivan, 2007, hal. 19-20).
Dari penjelasan diatas dapat penulis simpulkan bahwa semua aspek mekanisme (terutama ekspor-impor dan offshoring—memproduksi suatu produk di wilayah yang lebih murah tingkat gaji pekerjanya dan sumber dayanya–) yang diterapkan dalam bisnis internasional adalah untuk mempermudah, dan mengurangi jurang antara negara, yang diharapkan dapat menekan harga sehingga konsumen tidak dirugikan, namun yang aneh menurut penulis adalah di zaman globalisasi seperti ini, dimana transportasi dan komunikasi semakin mudah, sangat sulit sekali menemukan produk barang atau jasa yang dijual dengan harga murah karena rata-rata semua harga barang selalu naik. Selain itu dengan menjamurnya bisnis internasional, banyak sekali kita temukan fenomena brain drain dimana para ahli dan profesional dari negara berkembang atau terbelakang malah pergi meninggalkan negaranya dan mencari pekerjaan yang lebih menjanjikan di negara maju. Dengan demikian maka secara kasar, dapat dikatakan yang pintar akan semakin pintar dan yang bodoh akan semakin bodoh dan tertinggal.
Seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa bisnis internasional adalah semua transaksi komersial yang melibatkan lebih dari satu negara baik itu dilakukan oleh privat ataupun pemerintah. Tujuan utama mengapa seseorang atau sebuah institusi terlibat dalam bisnis internasional adalah untuk mengejar profit, hal ini menjadi motif utama dari pihak swasta (privat) sedangkan pemerintah ikut berkecimpung di dalam bisnis internasinoal selain mengunakan alasan diatas juga terkadang karena alasan-alasan politik. Selanjutnya, ruang lingkup dari bisnis internasional meliputi beberapa aspek yakni; Merchandise exports & imports, Service Exports & Imports, dan Investments. Adapun Merchandise exports menurut Daniel adalah produk nyata –barang- yang dikirim ke luar negeri, sedangkan merchandise imports adalah barang-barang yang dibawa masuk ke sebuah negara. Lalu Service Exports & Imports secara umum dikatakan sebagai keuntungan nonproduk bisnis internasional. Dikatakan service Exports jika suatu perusahaan atau seseorang mendapatkan pembayaran dari pihak asing, dan dikatakan service import jika seseorang atau perusahan melakukan pembayaran ke pihak asing. Masih menurut Daniel, ada setidaknya tiga bentuk dari Service Exports & Imports ini yaitu, kepariwisataan dan transportasi, pendayagunaan jasa, dan penggunaan aset. Contoh sederhana dari kepariwisataan dan transportasi adalah para jama’ah haji Indonesia yang membayar biaya pesawat terbang milik maskapai penerbangan Saudi Arabia guna mencapai tanah suci Makkah. Maka pembayaran tersebut dikatakan sebagai service import bagi Indonesia, dan service export bagi Saudi Arabia. Kemudian contoh dari pendayagunaan jasa seperti jasa perbankan, asuransi, manajemen, dan persewaan. Selanjutnya contoh dari penggunaan aset seperti penggunaan merek dagang, hak paten, hak cipta dan lisensi. Kemudian model ketiga dari bisnis internasional adalah investasi atau Investments. Investasi asing secara sederhana dapat dikatakan sebagai kepemilikan properti asing sebagai pertukaran dengan imbalan keuangan seperti kepemilikan saham dan bunga–bank–. Investasi dapat dikategorikan menjadi dua yakni investasi langsung (Foreign Direct Investment ) dan investasi portofolio. Disebut investasi langsung jika investor diberikan kebebasan untuk mengontrol perusahaan dimana investasinya ditanamkan, contohnya perusahaan Toyota yang membangun anak perusahaan di Indonesia dan mereka bebas mengontrol serta meletakkan para manajernya beserta manajemennya dalam perusahaan (di Indonesia) tersebut. Sebaliknya disebut sebagai investasi portofolio jika investor tidak bisa mengontrol investasinya ataupun mempengaruhi manajemen dalam perusahaan tersebut, contoh deposito bank dimana para nasabah tidak bisa seenaknya menentukan bunga yang mereka dapatkan ataupun memecat karyawan yang kurang profesional (Daniels, Radebaugh, & Sullivan, 2007, hal. 19-20).
Dari penjelasan diatas dapat penulis simpulkan bahwa semua aspek mekanisme (terutama ekspor-impor dan offshoring—memproduksi suatu produk di wilayah yang lebih murah tingkat gaji pekerjanya dan sumber dayanya–) yang diterapkan dalam bisnis internasional adalah untuk mempermudah, dan mengurangi jurang antara negara, yang diharapkan dapat menekan harga sehingga konsumen tidak dirugikan, namun yang aneh menurut penulis adalah di zaman globalisasi seperti ini, dimana transportasi dan komunikasi semakin mudah, sangat sulit sekali menemukan produk barang atau jasa yang dijual dengan harga murah karena rata-rata semua harga barang selalu naik. Selain itu dengan menjamurnya bisnis internasional, banyak sekali kita temukan fenomena brain drain dimana para ahli dan profesional dari negara berkembang atau terbelakang malah pergi meninggalkan negaranya dan mencari pekerjaan yang lebih menjanjikan di negara maju. Dengan demikian maka secara kasar, dapat dikatakan yang pintar akan semakin pintar dan yang bodoh akan semakin bodoh dan tertinggal.
Referensi
:
Daniels, J. D., Radebaugh, L. H., & Sullivan, D. P. (2007). International Business: Environment and Operations. Chapter 1 : Globalization and International Business. New Jersey: Pearson Prentice Hal.
Daniels, J. D., Radebaugh, L. H., & Sullivan, D. P. (2007). International Business: Environment and Operations. Chapter 1 : Globalization and International Business. New Jersey: Pearson Prentice Hal.
No comments:
Post a Comment